KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan kami dari para juru nasehat dan yang memberei pengertian kepada kami
tenteng ilmu-ilmu ulama yang melekat. tetapkanlah Rahmat dan salam sejahtera
kepada Nabi Muhammad SAW , pembawa Islam yang sanggup melenyapkan agama-agama
orang kafir dan musyrik demikian pula RahmatNy dan salam kepada keluarga dan
para sahabat beliau yang teguh menjalankan syariatnya .
Alhamdulilah berkat Rahmat Allah SWT kami dapat menyelesaikan tugas membuat
makalah yang berjudul “Memahami Asmaul Husna “ tersusunya makalah
ini
Dan karena tidak ada gading yang
tak retak maka kami sangat mengharapkan koreksi dan tegur sapa para guru
,cerdik pandai dan semua pembaca demi penyempurnaan langkah kami selanjutnya .
Demikianlah semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca dan kaum muslimin pada umumnya amin.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.........................................................................................................
Daftar isi
...................................................................................................................
BAB I
.......................................................................................................................
1.1.
Latar belakang ..................................................................................................
1.2.
Rumusan masalah .............................................................................................
1.3 Tujuan
................................................................................................................
BAB II
......................................................................................................................
2.1
Pengertian Asmaul
Husna...................................................................................
2.2 Memahami
Asmaul husna ............... ..................................................................
2.3 perilaku
beriman terhadap asmaul husna.............................................................
BAB III ....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan
.........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rukun Iman pertama adalah Iman kepada Allah Swt, beriman kepada Allah Swt
berarti percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt , itu benar
– benar ada dengan segala kesempurnaan – Nya untuk mengetahui kesempurnaanya
salah satunya adalah dengan mengetahui 20 sifat Allah dan 99 Asmaul Husna.
Sesungguhnya kesempurnaan Allah Swt itu dapat kita rasakan dengan kehidupan
sehari-hari dari segala apa yang diciptakannya , Allah menciptakan matahari,
laut,air, udara binatang, dan lain sebagainya untuk menunjukkan kesempurnaanya
Allah tidak membutuhkan peribadatan manusia , tetapi manusialah yang
membutuhkan adanya Allah, manusia harus selalu meminta dan memohon perlindungan
kepada Allah denga berdoa menggunaakan Asmaul Husna.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menguraikan 10 Asmaul
Husna
2.
Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 710 Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Tujuan
Dengan
adanya makalah ini maka kami bertujuan untuk :
1.
Menjelaskan tentang Asma’ul Husna.
2.
Mengetahui dan memahami dari Asma’ul Husna dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asmaul Husna
Kata (الأسماء) al-asma adalah bentuk jamak dari
kata (الإسم)
al-ism yang biasa diterjemahkan dengan nama. Ia berakar dari kata (السمو) as-sumuw
yang berarti ketinggian, atau (السمة) as-simah yang berarti tanda. Memang
nama merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi.
Apakah nama sama dengan yang dinamai
atau tidak, di sini diuraikan perbedaan pendapat ulama yang berkepanjangan,
melelahkan dan menyita energy itu. Namun yang jelas bahwa Allah memiliki apa
yang dinamai-Nya sendiri dengan al-asma dan bahwa al-asma itu bersifat husna.
Kata (الحسن) al-husna adalah bentuk muannast/feminim
dari kata (احسن) ahsan yang berarti terbaik. Penyifatan nama-nama
Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini, menunjukkan bahwa nama-nama
Allah dengan kata yang berbentuk superlative ini, menunjukkan bahwa nama-nama
tersebut bukan saja, tetapi juga yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya,
yang dapat disandang-Nya atau baik hanya untuk selain-Nya saja, tapi tidak baik
untuk-Nya. Sifat Pengasih – misalnya – adalah baik. Ia dapat disandang oleh
makhluk/manusia, tetapi karena asma al-husna (nama-nama yang terbaik) hanya
milik Allah, maka pastilah sifat kasih-Nya melebihi sifat kasih makhluk, baik
dalam kapasitas kasih maupun substansinya. Di sisi lain sifat pemberani,
merupakan sifat yang baik disandang oleh manusia, namun sifat ini tidak wajar
disandang Allah, karena keberanian mengandung kaitan dalam substansinya dengan
jasmani dan mental, sehingga tidak mungkin disandangkan kepada-Nya. Ini berbda
dengan sifat kasih, pemurah, adil dan sebagainya. Contoh lain adalah anak cucu.
Kesempurnaan manusia adalah jika ia memiliki keturunan, tetapi sifat
kesempurnaan manusia ini, tidak mungkin pula disandang-Nya karena ini
mengakibatkan adanya unsur kesamaan Tuhan dengan yang lain, di samping
menunnjukkan kebutuhan, sedang hal tersebut mustahil bagi-Nya. Demikianlah kata
(الحسني)
al-husna menunjukkan bahwa nama-nama-Nya adalah nama-nama yang amat
sempurna, tidak sedikit pun tercemar oleh kekurangan.
Didahulukannya kata (لله) lillah
pada firman-Nya (ولله الأسماء الحسني) wa lillah al-asma al-husna menunjukkan
bahwa nama-nama indah itu hanya milik Allah semata. Kalau Anda berkata Allah
Rahim, maka rahmat-Nya pasti berbeda dengan rahmat si A yang juga boleh jadi
Anda sedangkan padanya.
Memang nama/sifat-sifat yang disandang-Nya
itu, terambil dari bahasa manusia. Namun, kata yang digunakan saat disandang
manusia, pasti selalu mengandung makna kebutuhan serta kekurangan, walaupun ada
di antaranya yang tidak dapat dipisahkan dari kekurangan, walaupun ada di
antaranya yang tidak dapat dipisahkan dari kekurangan tersebut dan ada pula
yang dapat. Keberadaan pada satu tempat, atau arah, atau kepemilikan arah
(dimensi waktu dan tempat) tidak mungkin dapat dipisahkan dari manusia. Ini
merupakan keniscayaan sekaligus kebutuhan manusia, dan dengan demikian ia tidak
disandangkan kepada Allah SWT, karena kemustahilan pemisahannya itu. Berbeda
dengan kata kuat buat manusia. Kekuatan diperoleh melalui sesuatu yang besifat
materi, yakni adanya otot-otot yang berfungsi baik, dalam arti kita membutuhkan
otot-otot yang kuat, untuk memiliki kekuatan fisik. Kebutuhan tersebut
tentunya tidak sesuai dengan kebesaran Allah swt, sehingga sifat kuat buat
Tuhan hanya dapat dipahami dengan menafikan hal-hal yang mengandung makna
kekurangan dan atau kebutuhan itu.
Sangat popular berbagai riwayat yang
menyatakan bahwa jumlah al-asma al-husna sebanyak Sembilan puluh
Sembilan. Salah satu riwayat tersebut berbunyi: “Sesungguhnya Allah memiliki
Sembilan puluh Sembilan nama seratus kurang satu – siapa yang ahshaha (mengetahui/menghitung.memeliharanya)
maka dia masuk ke surga. Allah ganjil (esa) senang pada yang ganjil” (HR.
Bukhari, Muslim, At-Tirmdizi, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain).
Ibnu Katsir dalam tasfirnya setlah
mengutip hadis di atas dari berbagai sumber berkata bahwa: At-Tirmidzi dalam Sunan-nya
setelah kalimat: “Allah ganjil (Esa) senang pada yang ganjil.
Didalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi disebutkan ke-99 nama tersebut
yaitu :
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ
السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ
الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ
الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ
الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ
الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ
الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ
الْقَوِيُّ الْمَتِينُ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِي الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ
الْمُحْيِي الْمُمِيتُ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ
الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ
الْآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِيَ الْمُتَعَالِي الْبَرُّ التَّوَّابُ
الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِي الْمَانِعُ
الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِي الْبَدِيعُ الْبَاقِي الْوَارِثُ
الرَّشِيدُ الصَّبُورُ
Adapun terkait dengan angka 99 ini maka Imam Muslim mengatakan bahwa para
ulama telah bersepakat bahwa hadits tersebut—yang menyebutkan angka 99—tidaklah
membatasi nama-nama Allah swt. Hadits itu tidak bermakna bahwa Dia swt tidak
memiliki nama selain nama-nama yang 99 itu. Adapun maksud dari siapa yang
menghitung 99 nama ini masuk surga adalah sebagai informasi tentang masuk surga
dengan menghitungnya bukan informasi tentang pembatasan nama-nama-Nya,
sebagaimana disebutkan didalam hadits lainnya,”Aku berdoa kepada-Mu dengan
segala nama yang Engkau namakan diri-Mu dengannya atau yang Engkau berkuasa
tentang ilmu ghoib yang ada pada-Mu.” (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII
hal 7 – 8)
2.2
Penjelasan 10 sifat Asmaul Husna
1. AR-RAHMAN
( Maha Pengasih)
ALLAH memiliki nama Ar-Rahman yang artinya maha
pemurah atau pengasih karena Allah telah melimpahkan Rahmat-Nya kepad seluruh
makhluk yang ada di dunia ini tanpa pandang bulu baik yang beriman, bertqwa,
dan yang beramal baik maupun yang berperilaku durhaka, ingkar, dan berperilaku
jahat. Mereka tetap diberi rahmat oleh Allah. Demikian juga hewan dan tumbuhan
mereka juga diberikan Rizqi oleh Allah, yang merupakan bentuk sifat RAHMAN-Nya
Allah.
DALIL NAQLI : SURAT AL-FATIHAH ayat 3
DALIL AQLI : Allah SWT sebagai yang menciptakan
makhluk di dunia inipasti memiliki sifat pemurah atau pengasih pada makhluk
ciptaan-Nya. Buktinya kita manusia diberikan nikmat hidup walu kita sebagai
manusia ada yang ingkar.
2. AR-RAHIM
( Maha Penyayang )
ALLAH SWT memiliki nama Ar-Rahim yang artinya maha
penyayang yang selalu dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman secara
tetap atau bersifat kekal yang tidak hanya diberikan di dunia saja bahkan
sampai kealam kubur serta akhirat.
Dunia ini Allah menetapkan hukuman bagi mereka yang bermaksiat (kafir, musyrik) misalnya hukum rajam bagi pezina, potong tangan bagi pencuri. Di akhirat keadilan Allah tidak dapat dipermainkan. Mereka akan mendapatkan balasan atas semua perbuatan di dunia ini.
Dunia ini Allah menetapkan hukuman bagi mereka yang bermaksiat (kafir, musyrik) misalnya hukum rajam bagi pezina, potong tangan bagi pencuri. Di akhirat keadilan Allah tidak dapat dipermainkan. Mereka akan mendapatkan balasan atas semua perbuatan di dunia ini.
DALIL NAQLI : Surat Al-Fatihah ayat 1
DALIL AQLI : Allah SWT pasti sayang kepada umat-Nya
yang iman dan bertaqwa, sehingga Allah pasati akan memberikan balasan kepada
mereka yang taat dan bagi mereka yang tidak taat Allah tidak akan menyayangi
mereka karena sifat Ar-Rohim-Nya Allah hanya diberikan kepada mereka yang taat.
Buktinya nanti di akhirat kelah hanya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
saja yang dapat masuk surga.
3. AL-QUDDUS
( Maha Suci )
Allah bersifat Al-Quddus/Maha Suci karena Allah SWt
adalah Dzat yang suci dari segala sekutu, Allah bersifat tunggal. Allah sebagai
Pencipta itu pasti suci dari segala sifat kekurangan karena Allah bersifat Maha
Sempurna. Dengan demikina apapun yang dilakukan Allah pasti juga suci.
DALIL NAQLI : Al-A’raf ayat 96
DALIL AQLI : Allah sebagai sang pencipta pasti suci
dari segala kekurangan, tidak mungkin memiliki sifat yang buruk. Jika sang
pencipta memiliki sifat kekurangan maka niscaya dunia akan hancur, seperti jika
Tuhan tidak memiliki sifat maha berkata, maka siapa yang akan memberitahu kita
akan baik buruknya suatu hal, maka itu mmerupakan hal yang mustahil.
4. AS-SALAM
( Maha Sejahtera )
Sifat As-Salam/Maha Sejahtera berada pada nama
Allah karena hanya Allah saja yang dapat memberikan kesejahteraan pada
makhluknya. Jadi segala kesejahteraan yang ada didunia ini semua bersumber pada
Allah SWT.
DALIL NAQLI : Al-Hasyr ayat 23
DALIL AQLI : kita sebagai makhluk pasti
menginginkan kesejahteraan dalam hidup ini, kepada siapalagi kita meminta
kesejahteraan jika tidak pada Allah SWT ja
di segala kesejahteraan yang ada di dunia ini pasti milik Allah. Bukti bagi orang yang orang berusaha keras pasti akan mendapatkan kesejahteran.
di segala kesejahteraan yang ada di dunia ini pasti milik Allah. Bukti bagi orang yang orang berusaha keras pasti akan mendapatkan kesejahteran.
.
5. AL MU’MIN ( Maha Memberi Keamanan atau Terpercaya )
5. AL MU’MIN ( Maha Memberi Keamanan atau Terpercaya )
Allah SWT bernama Al-Mu’min yang artinya Yang MAha
Memberikan Keamanan atau Yang maha Terpercaya karena dalam mencantumkan
wa’dun/janji-janjinya pasti tidak mungkin diingkari, pasti ditepati.
DALIL NAQLI : Al-Hasyr ayat 23
DALIL AQLI : Dalam hidup ini kita pasti
menginginkan rasa aman dari bencana alam ataupun dari kejahatan manusia yang
ada di dunia ini, dimana lagi kita meminta kecuali kepada Allah atau Allah SWT
pasti memiliki sifat maha terpercaya tidak mungkin Allah SWT bersifat khianat.
6. Al ADLU ( Maha Adil )
Allah memiliki nama AL ADLU yang berarti maha adil dan sangat sempurna keadilannya, tidak ada zzat lain yang memiliki keadilan yang setara dengan Allah, karena keadilan manusia hanya terbatas dan tidak sempurna, sebab manusia berada pada tempat salah dan lupa.
6. Al ADLU ( Maha Adil )
Allah memiliki nama AL ADLU yang berarti maha adil dan sangat sempurna keadilannya, tidak ada zzat lain yang memiliki keadilan yang setara dengan Allah, karena keadilan manusia hanya terbatas dan tidak sempurna, sebab manusia berada pada tempat salah dan lupa.
DALIL NAQLI : An-nahl ayat 90
DALIL AQLI : Allah dalam pengadilanya kelak di
akhirat tidak mungkin ada suap menyuap keadilan pasti di tegakkan. Allah SWT
tidak mungkin memiliki sifaqt tamak akan harta, karena itu sebuah kekurangan
maka itu tudak mungkin dimiliki Allah.
7. AL GAFFAR ( Maha Pengampun )
7. AL GAFFAR ( Maha Pengampun )
Allah SWT pasti memiliki nama AL GAFFAR yang
berarti Maha Pengampun, yang memiliki kebebasa untuk memberikan ampunan kepada
makhluknya yang bertaubat. Karena manusia tak mungkin luput dari dosa.
DALIL NAQLI : Sad ayat 66
DALIL AQLI : jika kita sebagai manusia mau
bertaubat insaallah pasti diterima karena Allah memiliki sifat Maha Pengampun ,
jika Allah SWT tidak memiliki nama ini maka niscaya semua orang pasti masuk
surge kerena mereka memiliki dosa, tetapi Allah itu Maha Pengampun jadi mustahil
Allah tidak bersifat Maha pengampun
.
8. AL HAKIM ( Maha Bijaksana )
8. AL HAKIM ( Maha Bijaksana )
Allah SWT bernama Al-Hakim yang artinya Maha
Bijaksana karena tidak munkin ada yang bias melebihi kebijaksanaan-Nya.
Buktinya Allah menciptakan Manusia, tumbuhan, hewan pasti memiliki hikmah dan
manfaat yang besar.
DALIL NAQLI : Al-Mu’min ayat 115
DALIL AQLI : Allah SWT pasti memiliki sifat ini karena jika Allah tidak bersifat Maha Bijaksana maka itu hal yang mustahil, karena itu merupakan sifat yang kurang tidak mungkin Allah bersifat kurang.
DALIL NAQLI : Al-Mu’min ayat 115
DALIL AQLI : Allah SWT pasti memiliki sifat ini karena jika Allah tidak bersifat Maha Bijaksana maka itu hal yang mustahil, karena itu merupakan sifat yang kurang tidak mungkin Allah bersifat kurang.
9. AL MALIK
( Maha Merajai atau Menguasai )
Allah SWT memiliki nama ini karena Allah merupakan
Raja dari segala raja yang ada di muka bumi ini, Dia-lah yang mengatur sendiri
kerajaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya sendiri.
DALIL NAQLI : Al-Mu’minun ayat 116
DALIL AQLI : Allah sebagai sang pencipta pasti
menguasai segala yang diciptakannya termasuk manusia, Allah mengatur segala
takdir bagi manusia sehingga wajib bagi manusia untuk tunduk kepada raja dari
segala raja yaitu tidak lain adalah Allah.
10. AL-HASIB
( Maha Menjamin atau Memperhitungakan )
Allah SWT bernama Al-Hasib artinya maha menjamin,
memberikan jaminan kecukupan kepada seluruh hamba-Nya. Disini Al Hasib juga
dapat diartikan Maha Memperhitungkan. Segala amal manusia yang ada didunia akan
dihitung dengan seteliti-telitinya dan seadil-adilnya, karena dalam pengadilan
Allah pasti keadilan pasti ditegakkan.
DALIL NAQLI: An-Najm, 53: 39-40
DALIL AQLI : disini Allah SWT sebagai yang
menciptakan pasti akan menjamin kebutuhan makhluknya, tapi terkadang terjadi
kesalahpahaman, bahwa Allah tidak adil karena kebutuhannya tidak terjamin,
disini sesungguhnya Allah telah menjamin hanya saja makhluknya saja yang tidak
mau berusaha dalam memperolehnya.
2.3 Prilaku orang beriman terhadap asmaul husna
1.
Berusaha selalu berbuat baik dan berkasih sayang
.
Mengimani
sifat Allah ar rahmaan (maha pengasih) yakni denga berbuat baik
kepada seluruh mahluknya , terutama manusia, tanpa membedakan warna kulit,
miskin kaya, hormat atau hina.
2.
Berusaha menjadi mukmin yang bertaqwa.
Mengimani
sifat Allah ar rahiim (maha penyayang) menghayati sifat
inisehingga sebagai pendorong untuk bertaqwa kapada allah, sehingga di aherat
kelak mendapat balasannya yakni surga.
3.
Memelihara kesucian diri.
Mengimani
sifat Allah al quduus (maha suci) sebagai penunjuk aagar selalu
mempertahankan kesucian dirinya dari perbuatan dosa, karena asal manusia adalah
suci tanpa dosa.
4.
Menjaga keselamatan diri dan orang lain.
Mengimani
sifat Allah as salaam (maha sejahtera) senantiasa berdoa dan
berusaha untuk keselamatan dirinya dan orang lain dunia aherat.
5.
Menjadi orang yang terpercaya dan dapat memberikan rasa aman terhadap sesama.
Mengimani
sifat Allah al mu’minu (maha terpercaya dan maha member keamanan)
Berusaha
menjadi orang terpercaya dengan bersikap jujur, tidak dusta, amanah, dan selalu
memenuhi janji, menghindari prilaku jahat dan mencegah orang lain berbuat
mengganggu keamanan.
6.
Berlaku adil
Mengimani
sifat Allah al adlu ( yang maha adil) berusaha bersikapadil
menghindari prilaku dzalim. Adil terhadap Allah, dirinya, keluarga, sesame
manusia, semama makhluk allah, dan meninggalkan prilaku dzalim.
7.
Berusaha menjadi pemaaf.
Mengimani
sifat Allah al ghafaar (maha pengampun) menjadikan sifat
pengampun dalam diri, sehingga akan bertambah mulia kedudukannya disisi Allah
swt.
8.
Berperilaku bijaksana.
Mengimani
sifat Allah al hakim (maha bijaksana) senantiasa bersikap
bijaksana, orang bijak biasa berpikir tajam, wawasan luas , cermat dan teliti
sehingga terhindat dari prilaku yang merugikan.
9.
Menjadi pemimpin yang baik.
Mengimani
sifat Allah al maliik (maha merajai) menjadikan sifat pribadi
sehingga menjadi pemimpin yang bersifat:
v Ihlas danmengharap
ridla dari Allah
v Berperilaku terpuji,
menberi manfaat dirinya dan orang banyak.
v Selalu berusaha
menjadi yang paling bermanfaat bagi orang banyak.
10.
Bermuhasabah (introspeksi diri)
Mengimani
sifat Allah al hasiib (maha pembuat perhitungan) sebagai penunjuk
terhadap segala perbiatan yang sudah dan akan dilakukan (introspeksi), apabila
baik maka ia akan melanjutkan, dan apabila buru maka ia akan segera bertobat
ban memperbaiki diri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menghafal kata-kata Asma’ul Husna amat besar faedahnya
bagi Umat Islam dan berpahala membacanya bila dilandasi keyakinan dan
membenarkan isinya. Lebih dari itu, memahami dan makrifat terhadap makna hakiki
yang terkandung di dalamnya akan membawa kearah pengalaman dan penghayatan,
atau dengan kata lain “mendarah daging” dalam kehidupan. Maka dijamin
akan mendapatkan surga keindahan dan kenyamanan yang tiada tara.
2.
Dengan makrifat yang benar kepada Allah swt, makrifat
terhadap Asma-Nya, muncullah “rasa cinta kasih (mahabbah) yang
dalam terhadap Pemilik Nama yakni Allah swt. Dan terpadu cinta kasih itu dalam
suatu perpaduan yang indah dan mengasyikkan, yang terlihat, terpandang dan
terasa hanya “DIA” TERASA LEBUR DAN SIRNA DIRI INI DALAM LAUTAN “BERCINTA
KASIH” maka berbahagialah dengan isyarat Allah yang menegaskan:
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap
Tuhannya ada dua syurga”.
B. Saran
1.
Beribadahlah kepada Allah berdasarkan
Asma`ul Husna ini. Karena Dia Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena
Dia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan
seterusnya.
2. Sebagai umat
Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”, atau mampu
melaksanakan kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-maknanya,
menghafal, memahami maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itu semua insya
Allah dapat memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya.
Daftar Pustaka
Mahrus, M.Ag. Program
Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan GuruPendidikan Agama Islam Pada
Sekolah : Aqidah, Jakarta: Deprtemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Quraish, M. Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al—Qur’an, Jakarta, Lentera Hati, 2004
http://www.toodoc.com/search.php?q=
asma%27ul+husna
0 komentar:
Post a Comment